Kisah Sebuah Hati Ketika sebongkah es membungkus jantung Sebutir bintang memancarkan sinar Mengalirkan panas Mencairkan hati yang sekian lama beku Menghidupkan jiwa yang sekian lama mati Nyala bintang semakin terang Pintu hati tlah dibuka Ajak bintang menari di angkasa Awan langitpun terusir Kilau hati dan bintang kian mempesona Tibalah kini di ujung pagi Bintangpun harus pergi meninggalkan hati Haruskah hati mati dan membeku lagi ......... |
|
WAHAI hai ... apa kabar? itu yang sering kusapakan pada matahari ketika datang hai... hari ini kabarmu bagaimana? kuucap di menjelang senja hai... kamu kemana saja? kemanapun kamu melangkah sungguh! aku peduli hai... cuma basa basi hai... aku peduli hai... kenapa kau tidak? cikini-depok | SAYAP-SAYAP PATAH seperti sayap-sayap yang patah di keheningan sebuah senja lalu sayap-sayap meninggalkan peraduan bersama menutup malam ada sayap yang benar-benar patah dibalik terali |
Rubon (Rumah Kebon) Pak Arman menyusuri tepi danau aku seakan sampai pada keheningan di antara hutan beton dan akasia terhampar tanpa batas sedikit berjalan, kebon kacang dan singkong lidah buaya menjulur-julur jangkrik dan beberapa ayam hutan menyambung hidup rumahnya menyendiri cat putih, bersih dan elegan kokoh tapi sederhana berdiri mengangkangi sungai tanpa tepi aku datang lagi tanpa kemewahan dan keangkuhan segelas teh, sepiring singkong rebus ia hanya ingin sisa umurnya seperti elang yang hinggap tadi pagi kemudian dinginnya malam menggelitik ingatanku ada rasa yang sederhana dan apa adanya |
BONEKA diantara gemulai gadis ber-rok mini dan insyafku wanitaku terbungkus dan sederhana demo tak juga bubar lukisan yang tak pernah selesai kata-kata yang tak terkatakan dan gerak terbaca bila sadar wanitaku... wanitaku bonekaku teman mengentas sarapan pagi menghantar sepi merambat dalam mimpi seperti itik pulang senja wanitaku.. aku bonekamu membuka dan mendengar telingaku tanpa sadar aku muak dan hilang diri... ahh.... aku ereksi disini aku ejakulasi hati wanitaku... aaa... aku tanpamu tanya
|
DI MANAKAH RINDU ? Sejalan waktu yang kian lalu.. kugapai rindu, kutunggu selalu… email yang kau janji dulu.. kadang kuharus berebut dengan sang waktu… tatkala rindu tak terbendung; modemku juga enggan berkompromi dengan diriku… dimanakah dirimu..?? kugapai sepi … kunikmati dingin ini sendiri… bersama seonggok rindu yang menghiburku dengan mimpi.. dimanakah kamu? Komputer kasihku hiburkan diriku..lumatkan sepi ini dengan game.. kala rindu menggapai kugadaikan dia pada sang waktu.. modemku memberi sinyal tanda sudah tersambung; sayang… dirimu tak kunjung hadir . pudar mapat jera… beralas kaki berselimut dingin.. beralas rindu… diriku kering… diatas rindu yang membalutku.. dan bergelut dengan mimpi… memberiku lebih berarti.. dimanakah dirimu kini…? yang kutahu… teknologi telah mematahkan semangat merayakan tubuh tapi menghantarkan roh-roh rindu lewat modem.. aku bahkan tak peduli engkau dimana… yang penting memberiku segenggam air dan secangkir rindu kureguk hening kumampatkan sepi…. Kunikmati lagi sang rindu… memberi bara pada cinta kita.. engkau di antartika, diriku di katulistiwa…itu tak berarti kini.. asal modem dan komputerku menemaniku di sini bersama sang rindu.. dimanakah dirimu? Aku tak peduli. Dimanakah rindu? Itu yang harus ada, agar cinta tetap terjaga
Puisi hujan dan kamu
| tik!tik!tik! air hujan belum juga berhenti menjatuhi tubuhku dengan jarum-jarumnya yang bening. basah. dingin. dan bulir-bulirnya mengalir di seluruh sudut mukaku. tiba-tiba aku jadi ingat kamu. yang tak pernah berhenti menghujaniku dengan ciuman kecilmu. hangat. indah. ciplak!ciplak! sepasang kaki kecil berlari di depanku. tanpa disengaja air percikannya mengotori separuh gaunku. gaun putihku. sama putihnya dengan rasa rindu yang ada di hatiku saat ini. aku jadi ingat kamu lagi. yang tak pernah puas memercikkan rindu-rindu di dalam jiwaku. manis. megah. hening. kutelusuri hari-hari ini sendirian. menguak kerumunan tawa di depan mata. membelah kumpulan bahagia sekelompok anak-anak kecil yang berlarian di tengah hujan. seakan tak ingat pesan ibunda yang melarang dirinya bermain di bawah siraman air hujan. yang ada cuma tawa riang penuh kemenangan. ada luka di kaki dan tangan. tapi mereka tak acuh, tak pedulikan apa-apa. ah, aku jadi ingat bekas lukamu di kaki dan tangan. yang bisa membawa cerita untuk dikenang. nanti. suatu saat nanti. ada tempat berteduh di ujung sana. setengah berlari aku mendekat. duduk beralaskan plastik setengah kering. kuambil kertas dan pena dari saku yang mulai terasa basah. ah, lagi-lagi aku ingat kamu. dan ingin menulis tentang kamu. semuanya tentang kamu. ..........karena memang cuma kamu yang ada dalam otakku. |
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar